Oleh : Kemala P.
Maya kini melingkar dipahat pelangi
sambil membual di alun melodi
fikirku bagai sisipan padi
yang kian lemah lunturkan harap
Langkahnya kemudian menemui seikat gabah berisi
menggarap lalu meramping
mengusap kemudian terbaring
dan menjanjikan kabar suatu hari di bawah guratan padi
Musim kering kemarin pagi
menunggu aral retak terpahat janji
untuk lupakan hari ini
dan bersaksi kembali menjadi sufi di tahun ini
Musim kacang kemarin pagi
menutup semua sesal, menyambit semua bebal
dan menggarap satu perihal
tentang kelam merangkum massal
dan adanya kapten di tengah koral
Musim bunga esok menanti
tinggallah membayar suatu yang pasti
dan membaca mahar lakonnya dahulu
yang mungkin beku berbasis canda yang lalu
Aku yang sama memaksa jua
dan harapkan kata yang tak lagi menjadi sebuah jatah melata
dan menjunjung adanya batasan-batasan di atas perangaiku
Aku yang sama telah lanjutkan satu kata dari hidupku
untuk kembali bertatapan dengan langit
dan tak kembali menyerukan kosongnya angin di dalam bui berkaki
seperti bumi,
salah langkah bisa mati
terhenyak ciptakan sepi
Aku yang smaa ada dimana-mana
merantau kembali ke alunan, lalu merangkap menjadi muda
sambil meretas sesembahan alam yang buatku luluh
ada yang berapat dan berkenaan pergi
buatku melepuh menjadi tawanan abadi
dan tetap tahu murninya diri lesu tak akan mati
dan segala yang abadi
kontras melebur diri di tengan dentuman sakti
Juli 2008


Tidak ada komentar:
Posting Komentar